Medley Hujan Bulan Juli (7)
Terciciplah lembab pagi dalam engah
dalam buru nafasku menghujan hembus
payah menepis kobaran tak tertahan
jeruji cair bergenggam geram
membuyar terbangan kumbang menyengat
tak kunjung ludas
perih yang hendak kulepas
aku berlari menyusur jalan, tiang-tiang
persimpangan, untaian pagar-demi pagar
berlari menyusur benang diriku mengejar ujung
menguntit percik terjauh yang ditempuh kembang api
di langitku
letup dalam mampat dadaku
dalam sesak ledak padat
aku berlari bukan mengejar namun melepaskan
tiap degup itu ketika telapaknya menyelinap berulang
di sebuah pagi
sehabis tuntas melautnya malam
setuntas deru kecipak layar itu beranjak pulang
dari seonggok dermaga
pada cakrawala
Cecil Mariani
2 Agustus 2004
retro diciduk dari http://idaman.blog.friendster.com/
dalam buru nafasku menghujan hembus
payah menepis kobaran tak tertahan
jeruji cair bergenggam geram
membuyar terbangan kumbang menyengat
tak kunjung ludas
perih yang hendak kulepas
aku berlari menyusur jalan, tiang-tiang
persimpangan, untaian pagar-demi pagar
berlari menyusur benang diriku mengejar ujung
menguntit percik terjauh yang ditempuh kembang api
di langitku
letup dalam mampat dadaku
dalam sesak ledak padat
aku berlari bukan mengejar namun melepaskan
tiap degup itu ketika telapaknya menyelinap berulang
di sebuah pagi
sehabis tuntas melautnya malam
setuntas deru kecipak layar itu beranjak pulang
dari seonggok dermaga
pada cakrawala
Cecil Mariani
2 Agustus 2004
retro diciduk dari http://idaman.blog.friendster.com/