Pengakuan Pencuri
Apakah kamu pencuri? apakah kamu mencuri karena lapar sepi? ataukah kamu mencuri karena tak punya hati? sendirian itu mudah. Menjaga serta-mertanya, tidak. Sendirian itu rumah yang hangat, penuh, terkunci. Kokoh menjulang tinggi. Penghuninya tak perlu lagi pergi, atau menyeberang jalan ke halaman-halaman. Begitu angkuhnya ia menjadi rapuh. segala yang rapuh selalu indah segala yang indah karena rapuh itu sedih. Demikian amat sedihnya, ia pun menghancurkan hati. Lalu selalu ada dahaga sepi yang menjulang semahal hati. Karena rumah tak lagi membuka pintu untuk penghuninya keluar. Ke jalan atau ke pasar. Penghuninya tak lagi punya hati ataupun bersurat ijin menikai hati.
Di dalam rumah hangat itu aku lapar terkunci, maka aku pun keluar mencuri.
Bukan mencuri hati, mencuri penawar dahaga sepi yang harusnya dibayar dengan hati. Aku pencuri menyelinap ke rumah-rumah dan halamanmu. Tak pernah tawar lapar itu karena aku hanya selalu mencuri. Apa yang membedakanku dengan pencuri roti? mereka tak punya uang sementara aku tak punya hati. tetapi kami sama lapar dan ingin memiliki.
Di dalam rumah hangat itu aku lapar terkunci, maka aku pun keluar mencuri.
Bukan mencuri hati, mencuri penawar dahaga sepi yang harusnya dibayar dengan hati. Aku pencuri menyelinap ke rumah-rumah dan halamanmu. Tak pernah tawar lapar itu karena aku hanya selalu mencuri. Apa yang membedakanku dengan pencuri roti? mereka tak punya uang sementara aku tak punya hati. tetapi kami sama lapar dan ingin memiliki.