Viridian
hatinya perunggu dan oksida kobalt, beledu muram tetapi ringan.
selepas tiap degub ia melepaskan dirinya dalam niscaya hampa yang selalu berkejar untuk kembali ada untuk kemudian dilepaskan lagi dalam kembali hilang serupa perih yang samar. jejaknya berlalu dalam dingin padat tanpa pendaran. muram walau ringan. tidur dan terjaganya berkepanjangan. Bangun dan mimpinya berpintu sama, dengan teras dan halaman apung dalam alir yang kosong gelap. bertahun cahaya setiap degubnya mendentumkan semesta-semesta ke dalam orbit kecilnya.
"engkau cahaya" kata segala orbit,dan kongregasi pendar yang apung sepanjang jalan berbayang itu, Tetapi, hati perunggu dan oksida kobalt itu terlalu jauh dalam perairan pendarnya untuk bisa mendengar apalagi percaya. "aku perunggu dan oksida kobalt yang ringan dan padam, muram namun ringan, terlalu lama mengapung dengan rongga dada yang absen akan denyutnya"
padahal denyut itu ada. Ia melahirkan orbit demi orbit yang pergi mengapung bersama sekaligus membutakannya dalam ombak gas pasang naik yang beranak pinak serupa kabut cahaya dan pasir-pasir membara. Begitu panas hingga gigil, merintihkan kata-kata pertama yang jadi nama-nama mereka; virileae.., ceruleae.., reflectea.. ,violeta, lumina.
Hati yang perunggu dan oksida cobalt itu mati silam dan lahir dalam raya. semakin pendar semakin genap kelamnya. pendar maha muram itu berabad tinggal dalam gemilang kromanya yang senantiasa sedih karena buta. apung kekal dalam orbit yang ia kira semata pilihannya.
selepas tiap degub ia melepaskan dirinya dalam niscaya hampa yang selalu berkejar untuk kembali ada untuk kemudian dilepaskan lagi dalam kembali hilang serupa perih yang samar. jejaknya berlalu dalam dingin padat tanpa pendaran. muram walau ringan. tidur dan terjaganya berkepanjangan. Bangun dan mimpinya berpintu sama, dengan teras dan halaman apung dalam alir yang kosong gelap. bertahun cahaya setiap degubnya mendentumkan semesta-semesta ke dalam orbit kecilnya.
"engkau cahaya" kata segala orbit,dan kongregasi pendar yang apung sepanjang jalan berbayang itu, Tetapi, hati perunggu dan oksida kobalt itu terlalu jauh dalam perairan pendarnya untuk bisa mendengar apalagi percaya. "aku perunggu dan oksida kobalt yang ringan dan padam, muram namun ringan, terlalu lama mengapung dengan rongga dada yang absen akan denyutnya"
padahal denyut itu ada. Ia melahirkan orbit demi orbit yang pergi mengapung bersama sekaligus membutakannya dalam ombak gas pasang naik yang beranak pinak serupa kabut cahaya dan pasir-pasir membara. Begitu panas hingga gigil, merintihkan kata-kata pertama yang jadi nama-nama mereka; virileae.., ceruleae.., reflectea.. ,violeta, lumina.
Hati yang perunggu dan oksida cobalt itu mati silam dan lahir dalam raya. semakin pendar semakin genap kelamnya. pendar maha muram itu berabad tinggal dalam gemilang kromanya yang senantiasa sedih karena buta. apung kekal dalam orbit yang ia kira semata pilihannya.