Terciciplah lembab pagi dalam engah.
dalam buru nafasku menghembus hembus
payah menepis kobar yang tak tertanggung raga
membuyar terbangan kumbang menyengat
tak kunjung ludas
perih yang hendak kulepas
aku berlari menyusur jalan, tiang-tiang
persimpangan, untaian pagar-demi pagar
aku berlari menyusur benang diriku mengejar ujung.
menguntit percik terjauh yang ditempuh kembang api di langitku. yang meletup dalam mampat dadaku.dalam sesak ledak padat.
aku berlari bukan mengejar namun melepaskan.
tiap degup itu ketika telapaknya menyelinap lagi
di sebuah pagi
sehabis tuntas melautnya malam
setuntas deru kecipak layar itu beranjak pulang
dari seonggok dermaga
pada cakrawala
dalam buru nafasku menghembus hembus
payah menepis kobar yang tak tertanggung raga
membuyar terbangan kumbang menyengat
tak kunjung ludas
perih yang hendak kulepas
aku berlari menyusur jalan, tiang-tiang
persimpangan, untaian pagar-demi pagar
aku berlari menyusur benang diriku mengejar ujung.
menguntit percik terjauh yang ditempuh kembang api di langitku. yang meletup dalam mampat dadaku.dalam sesak ledak padat.
aku berlari bukan mengejar namun melepaskan.
tiap degup itu ketika telapaknya menyelinap lagi
di sebuah pagi
sehabis tuntas melautnya malam
setuntas deru kecipak layar itu beranjak pulang
dari seonggok dermaga
pada cakrawala
Comments