catatan dari sebuah mimpi lucid
Selaput beku dini hari meleleh di dapur-dapur dada yang mengepul.
gemeresah menuang didihnya meluap berlaksa tanpa sekedap pinta.
kekosongan yang membuka telah tumpah di nyenyak untai benak tak kasat mata
rambutmu, rambut kita ranggas oleh titik cair bongkah rasa yang bandang
uapnya lembab menoda di segala
hingga tak pulas lagi debar debar raga
tak padat lagi genggam yang bebas membuka dada
sejak debar hendak merampasmu jadi tawanan di penjara dendam smaradahana
membengkaklah kama seperti luka yang haus beringas dan rindu dalam benam, dalam karam.
belenggu itu bayang teduhmu yang bernafas hampa.
memimpikankan gelagap ombang yang berkata-kata tentang esok yang temaram
kemudian aku pun jelma kembali nyata
gemeresah menuang didihnya meluap berlaksa tanpa sekedap pinta.
kekosongan yang membuka telah tumpah di nyenyak untai benak tak kasat mata
rambutmu, rambut kita ranggas oleh titik cair bongkah rasa yang bandang
uapnya lembab menoda di segala
hingga tak pulas lagi debar debar raga
tak padat lagi genggam yang bebas membuka dada
sejak debar hendak merampasmu jadi tawanan di penjara dendam smaradahana
membengkaklah kama seperti luka yang haus beringas dan rindu dalam benam, dalam karam.
belenggu itu bayang teduhmu yang bernafas hampa.
memimpikankan gelagap ombang yang berkata-kata tentang esok yang temaram
kemudian aku pun jelma kembali nyata