urban solitude

bayang sadar yang bening bergeming seperti mata yang berkaca sebelum luluh berkeping
sejenak melompat keterasingan yang kunamai saja sejenis rindu,
melompat bersama air air mancur apik di urban senja, di langit letih.
Jenak yang terbuka mengalir, lagi lagi karena lepasnya grendel cair
disingkap bunyi gemericik air.

seperti menjelajah kebun kebun hati yang tengah musim panas, bukan kemarau.
kudapati topiari, semak terpahat pangkas, menyenandung bait liris tentang tangan tangan yang mendadani. udara yang kunafasi seketika menjelma musik dan bincang lagu di oase oase metropolis
menutur stereotipe romansa yang menusuk juga walau telah terbiasa telinga di eksposisinya.
seperti pelataran sadarku di hadap meja dan dekap kata kata

air mancur di teras cadas kemudian telah padam
tak ada lagi pejalan
atau dengkur suara jalanan
mengurai dendang stomp di puncak puncak skyline
hentaknya memiris pecah
teriris lirih sapa karib belantara asing
terintersepsi muai interlude manis yang gamang berdentingan ..

Jakarta, 25 April 2003