tuturan gelas dingin
cahaya condong di jendela lewati bibir hampa.
mencuri dialog dengan gelas dingin tetinggal agak lama,
larut gugat gugat tanya
meniris di tetes kantung seduhan bunga teh echinacea.
selalu saja, tanpa gula.
Percakapan yang berdetik terurai seperti meditasi
sarat kata kata yang tak perlu kumengerti.
tak ada anggukan atau tatap teduh
hanya samar jejak saling mengerti dalam sanubari.
terhirup tak sepah dalam kepul harum rumputan.
karena aku seperti air,
mengalir penuhi kapiler sungai-sungai tersembunyi
Dingin atau hangatnya telah bertukar genggam
dengan wadah wadah porcelain yang tak bersih dari dedebuan.
Bertengger anggun tetapi rapuh,
jatuh ke jalan jalan
terpungut jadi serpih hiasan mimpi yang basah.
tak ada yang kucari ketika aku mengalir,
aku hanya menemukan celah celah dan lari mendebur.
lalu di seketika terjerat dampar
aku akan menanti terik menggapai keruh
hingga didih dan lepas aku memburai seperti peluh
layang bersama debu debu di udara lepuh
dan getar kicau dalam berlapis frekuensi jiwa.
Namun jiwa yang kusebutkan nyala
telah separuh terlepas dalam cairnya
serap tandas ke tanah
sementara aku semakin ringan
semakin ringan..
ringan sebelum sempurna hilang
mengalir bukan lagi.
28 April,2003
cahaya condong di jendela lewati bibir hampa.
mencuri dialog dengan gelas dingin tetinggal agak lama,
larut gugat gugat tanya
meniris di tetes kantung seduhan bunga teh echinacea.
selalu saja, tanpa gula.
Percakapan yang berdetik terurai seperti meditasi
sarat kata kata yang tak perlu kumengerti.
tak ada anggukan atau tatap teduh
hanya samar jejak saling mengerti dalam sanubari.
terhirup tak sepah dalam kepul harum rumputan.
karena aku seperti air,
mengalir penuhi kapiler sungai-sungai tersembunyi
Dingin atau hangatnya telah bertukar genggam
dengan wadah wadah porcelain yang tak bersih dari dedebuan.
Bertengger anggun tetapi rapuh,
jatuh ke jalan jalan
terpungut jadi serpih hiasan mimpi yang basah.
tak ada yang kucari ketika aku mengalir,
aku hanya menemukan celah celah dan lari mendebur.
lalu di seketika terjerat dampar
aku akan menanti terik menggapai keruh
hingga didih dan lepas aku memburai seperti peluh
layang bersama debu debu di udara lepuh
dan getar kicau dalam berlapis frekuensi jiwa.
Namun jiwa yang kusebutkan nyala
telah separuh terlepas dalam cairnya
serap tandas ke tanah
sementara aku semakin ringan
semakin ringan..
ringan sebelum sempurna hilang
mengalir bukan lagi.
28 April,2003