:sebuah pagi 1982
I
ada sesak di dada yang seperti tenang mata air muda
terkadang dahsyat menghempas segala seperti gletser longsor
dan badai
membeku cair, hangat lalu menyumblim
dalam hening yang amatlah tidak hening
sesak itu padat bergejolak terkunci oleh lafal bicara seadanya
kata kata yang kehilangan bunyi
dan makna makna yang belum lagi bertemu kosa katanya
ada bahasa yang ditaruhkan dalam dada, bukan di lidah dan bibir untuk bicara
bahasa yang mengerti bukan dengan simbol kata namun dengan pasang naik-surutnya rasa
kuingat sesak itu mampir bukan pertama kali
namun pertama kali yang masih sanggup kusadari tiba di sebuah pagi
di atas tanah gembur diantara rerumputan gajah
dan setapak yang harum oleh embun
II
...
"bunga nusa indah,
berwarna merah..
tumbuh di halaman
depan rumahku,
......
menetes gaung senandung itu
lagu kesayanganku dulu
atau sekedarlagu yang kutahu
di sayup kejauhan
ada keriuhan dan derit ayunan yang kurang diminyaki
ada gelak tawa dan bunyi perosotan yang diantri
langkah langah berlari sebentar terhenti
lalu kuingat burung burung dan gemerisik pohon kenanga
kenanga ataukan nusa indah
mereka mungkin berbicara atau bermain cumbu dengan angin
waktu kosakata itu belum pernah menyentuh rongga benakku
dan entah bagaimana gemuruh yang sunyi itu bisa ter-eja
waktu kata yang terpatah adalah penjara
untuk rasa dan narasi narasiku yang terbakar
dalam sendirian
memisah diri dari lautan jalanan pagi dan riak manusia
berenang renang di kolam kesadaran
yang masih terlalu kelam berkabut
untuk dihampiri
dan aku melangkah digulung kesadaran pagi
sesak itu tak minta dituliskan
ia bahkan tak tahu apa yang diinginkannya
tak tahu luap limpah rasa itu mengetuk ngetuk
mencari kebebasan dan labuhan ejawantah
sepasang sayap dihadiahi oleh pagi
mungkin bukan pertama kali
namun aku belumlah belajar untuk terbang
aku hanya tertatih dalam sedak rontokan bulu sayapnya
jauh dari berusaha memahami
hanya limbung terhuyung berusaha menopang gejolak
meruah narasi narasi yang bicara padaku dalam bahasa yang tak kupahami