Terlalu sarat mengurai cair yang meresap ke segala kapiler rasa di tubuhku, seperti manis desiran gamang di persendianku, getir mengental di sesak dadaku, dingin memeluk akrab di renggang nyawaku, sementara diujung kosa kata nalar terus lahir anak anak kembar yang hanya punya satu nama, yaitu rindu.

Aku telah jatuh rindu pada kebosanan dan penyangkalan kata katamu di gaung ruang ruangmu yang tak ingin kutinggalkan. Jatuh rindu pada menemukan serpihan hatimu yang kau cecerkan untuk jadi jejak arahku menujumu. Jatuh rindu pada bayang yang kau tinggalkan jadi residu bermalam malam hujan kata dan tabur sejuk senyuman di bingkai kita.

Aku hanya membenci perubahan ketika aku bahagia. Namun aku jatuh rindu pada keresahan dan kegelisahan yang membawaku ke kisi kisi tak tertakluk dari paras renungmu. Membahagiakanku dalam harap cemas dan dingin keringatku menanti perubahan waktu yang tergolek membalikan tubuh dan menimpaku dengan segala sarat rindu membatu yang baru..

Aku.. di bening kolam mu, seakan bergeming naif menunggu

Aku rindu, hanya itu kata kata yang kutemu
Walau perjalanan yang mendera itu tak pernah bertepi sama
menuai bulir pendamaian diri dengan hati. Meneduhkan segala yang diusik oleh hempasan rasa dan segala pecah buih perih manis nya yang berlaksa laksa