Angin
Ia seorang yang meletakkan impian impian sejauh bintang yang paling terang di sebuah perjalanan fajar.
Dengan cara apakah kan ku gambarkan seorang lelaki yang berkebun mawar. Bicara seperti seorang eksistensialis keras kepala namun berparadoks dengan perasaannya yang penuh gelisah dan rasa ketidak amanan hati.
Angin sering menganggap dirinya semacam pengganggu seperti angin yang menyebabkan orang sakit karena masuk angin. ia ditolak dengan komposisi akar akaran jamu-jamuan seperti orang menolak bala atau roh jahat. Tetapi buatku angin adalah jemari alam yang menyayangi mahluk mahluk dalam sentuhnya. desirnya seringkali membuat imajinasi berkelana dan juga membebaskan kita dari gerah.
Sejujurnya Anginku adalah keduanya walau ia pun tak akan pernah mendengar secuil pun kataku
"keperihan itu yang mengajariku jadi penulis"
Ia pasti akan menolak jika kukatakan bahwa ia rapuh. rendah hati namun angkuh. Ia merawat mawar mawarnya hanya untuk kemudian terluka karena duri durinya.
Entah mengapa aku tak bisa mengalir dalam kisahku akan Angin, entah karena sedemikian kental paradoksnya. dalam kesederhananya ia telah mencintai kerumitan hidup.
"tidurku kurang sukses, aku lupa detail dari mimpiku semalam"
"kita hanya orang biasa yang kebanyakan bermimpi.."
"whatever.."
Ia mudah terhanyut dan lututnya lemah karena cinta. Sepeka laki laki yang merawat kebun mawar demikianlah ia peka akan hati. dan dari warna warna terhampar di kebunnya ia telah membeberkan isi hati dan perasaannya hingga ke ujung dunia. putih ketulusan, merah darah cinta yang menggebu, kuning kecemburuan
Ia mencintai bayangannya akan segala sesuatu bukan sesuatu itu sendiri, walau itu pasti akan disangkalinya juga. Tetapi ia telah merebut satu halaman di pelataran sadarku untuk merantaikanku pada bentangan kanvas langit tersembunyi yang kusisihkan untuk melukis hadirnya.
"..dan aku tidak sehebat gambarku di benakmu"
'kalau ada yang menyebut salah satu dari kita setan, aku lebih pantas daripada kau!"
"whatever.."
"kau buta tidak bisa melihat setan itu padaku"
"kedengaran seperti malaikat untukmu?"
"hey, haruskah ku khianati diriku?"
Kemudian Angin akan terus menerus membicarakan malaikatnya. malaikat yang ia reka dalam bayang bayangnya. Angin jatuh hati pada Malaikat dalam angannya itu. Sering terbersit usil aku kan selorohkan andai kau tahu bahwa malaikat tak punya jender.
"aku terbiasa mengucapkan cinta kemudian menarik kembali ucapanku.."
Ia seorang yang meletakkan impian impian sejauh bintang yang paling terang di sebuah perjalanan fajar.
Dengan cara apakah kan ku gambarkan seorang lelaki yang berkebun mawar. Bicara seperti seorang eksistensialis keras kepala namun berparadoks dengan perasaannya yang penuh gelisah dan rasa ketidak amanan hati.
Angin sering menganggap dirinya semacam pengganggu seperti angin yang menyebabkan orang sakit karena masuk angin. ia ditolak dengan komposisi akar akaran jamu-jamuan seperti orang menolak bala atau roh jahat. Tetapi buatku angin adalah jemari alam yang menyayangi mahluk mahluk dalam sentuhnya. desirnya seringkali membuat imajinasi berkelana dan juga membebaskan kita dari gerah.
Sejujurnya Anginku adalah keduanya walau ia pun tak akan pernah mendengar secuil pun kataku
"keperihan itu yang mengajariku jadi penulis"
Ia pasti akan menolak jika kukatakan bahwa ia rapuh. rendah hati namun angkuh. Ia merawat mawar mawarnya hanya untuk kemudian terluka karena duri durinya.
Entah mengapa aku tak bisa mengalir dalam kisahku akan Angin, entah karena sedemikian kental paradoksnya. dalam kesederhananya ia telah mencintai kerumitan hidup.
"tidurku kurang sukses, aku lupa detail dari mimpiku semalam"
"kita hanya orang biasa yang kebanyakan bermimpi.."
"whatever.."
Ia mudah terhanyut dan lututnya lemah karena cinta. Sepeka laki laki yang merawat kebun mawar demikianlah ia peka akan hati. dan dari warna warna terhampar di kebunnya ia telah membeberkan isi hati dan perasaannya hingga ke ujung dunia. putih ketulusan, merah darah cinta yang menggebu, kuning kecemburuan
Ia mencintai bayangannya akan segala sesuatu bukan sesuatu itu sendiri, walau itu pasti akan disangkalinya juga. Tetapi ia telah merebut satu halaman di pelataran sadarku untuk merantaikanku pada bentangan kanvas langit tersembunyi yang kusisihkan untuk melukis hadirnya.
"..dan aku tidak sehebat gambarku di benakmu"
'kalau ada yang menyebut salah satu dari kita setan, aku lebih pantas daripada kau!"
"whatever.."
"kau buta tidak bisa melihat setan itu padaku"
"kedengaran seperti malaikat untukmu?"
"hey, haruskah ku khianati diriku?"
Kemudian Angin akan terus menerus membicarakan malaikatnya. malaikat yang ia reka dalam bayang bayangnya. Angin jatuh hati pada Malaikat dalam angannya itu. Sering terbersit usil aku kan selorohkan andai kau tahu bahwa malaikat tak punya jender.
"aku terbiasa mengucapkan cinta kemudian menarik kembali ucapanku.."