ruang kosong

lagi-lagi kosong. Ruang yang semula tiada, lalu didesak hingga terbangun begitu megahnya. kemudian kosong. dibangun untuk ditinggalkan. dengan kesadaran dan sejenis kecemasan yang terbaca ketika aku mungkin juga kamu menyusun batu demi batunya. Lihatlah ruang itu terbangun. buatmu. dengan sedikit harapan yang dibisikan diam-diam oleh hati yang begitu kecil dan malu-malu,.. "buat kita". jika bahkan pernah ada sesuatu bernama kita. Aku akan kembali menanyakannya. walau hati tahu jujur, kita lah yang mendesakkan ruang itu dan menyusun batanya dalam ingin dan debar. Tanpa bukti, kamu mengibarkan duga bahwa yang membangun ruang ini tidaklah nyata, mungkin juga aku kelak.
Tetapi ruang itu nyata dan lebih nyata lagi adalah kosongnya. kosongnya darimu dan penuhnya dendamku akan ruang-ruang yang kosong. Terlalu banyak pintu, sementara tak pernah cukup anak kunci untuk menyembunyikan kekosongan.

Comments

Lelaki Senja said…
nice blog..."blogwalking"