akhir tahun kesekian

Sesekali dalam hidup ada peristiwa jumpa yang getar energinya memberi efek kejut serupa feedback elektronik, Semacam tendangan frekuensi paling rendah yang tua dan familiar. selalu bergetar bermasa-masa seperti dinding bebangunan tua, menyelinap atau semata tak lewat dalam sadar lalu tiba-tiba menuntut hadir. Berkulit hasrat keintiman berujung kekosongan yang lazim itu. Dorongan yang saru karena dalam masifnya ia tak sungguh rill. abstrak dan besar. Dorongan yang seperti kerinduan terhadap diri sendiri yang paling arkaik. diri yang tidak cair juga tak solid, hadir konstan walau seringkali tak kentara bahkan ketika kita mundur dari kulit-kulit sadar lalu duduk menonton diri sendiri menghadapi hari.
Membuntuti dorongan-dorongan itu adalah cerita lain soal membuntuti bayang-bayang ke jalan buntu, namun tidak pernah ada yang buntu dalam perjalanan. yang buntu hanya jika kita mendambakan tujuan

Apa yang kita terima selamanya hanya lah diri sendiri karenanya kita tak lelah membuntuti diri-diri yang terbenam dalam orang lain. 'pasangan' mereka menjudulinya,walau tak ada yang terpasang, seperti tubuh dan bayangnya, salah satu bukanlah pasangan terhadap yang lain, dan tubuh tak lebih dari bayangannya karena yang melahirkan paket niscaya tubuh dan bayangan bukan keduanya tapi hal ketiga yaitu terang. bukan tubuh bukan bayangan. Dalam gelap tak ada tubuh hanya bayangan. dalam terang sempurna tak ada bayang-bayang.
Barangkali karena demikian mereka menyebutnya buta, ketika dalam kegelapan sempurna kita masih berilusi tentang kendali membuntuti diri sendiri yang tiada. Dalam genap segala bayangan. walau ketika itu kita sungguh tiba. waktu tubuh sungguh hilang, waktu diri begitu hilang.