segelas ingat

aku mengingatmu, walau kau tak pernah memerlukan sebuah ingatan untuk bersikukuh hadir. seperti rindu tak membutuhkan ingatan untuk menggenggam erat sebuah hadir hingga tak sanggup lagi beranjak seperti telah dikabulkan penuh dari sebuah keinginan yang tak sekedar hendak, tetapi tekad.
aku mengingatku, ketika begitu ingin membaca pikiranmu ketika waktu-waktu itu dijilidkan dengan sebuah judul yang barangkali terdengar seperti kata "gamang" atau "haus" walau maknanya lebih serupa dengan rindu atau letup-letupan harap seperti kembang api atau pecah bara petasan. Manis yang menyentak kejutkan debar berlarian serupa janji masa kanak-kanak tentang esok yang akan bermain lagi. petak umpet dan layang-layang, saling mengejutkan, lalu lelah dalam gembira. Kita lelah, memang. usai berkepanjangan bermain petak umpet atau menunggu di pagar, mencuri waktu untuk gembira dalam engah supaya kelak meneguk air es bisa begitu nikmat di depan kulkas rumah kita. aku pun mencari lelah walau tak yakin aku gembira di dalamnya. Satu hal tentang ingatan, ia menghidupkan terlalu banyak rasa hingga aku terlalu lelah untuk merasakannya. bahkan air es dari kulkas itu tak lagi dingin atau suam.
ia hanyalah cair yang aku hauskan ketika aku membuat tubuhku lelah selelah-lelahnya untuk menerima reguk. segelas cair bersih yang baru. bukan lagi sebagaimana aku pernah mengingatmu.