jam

Ada relativitas waktu yang seperti ngarai raksasa antara sadarku dan aku. kadang aku di dalamku dilindasi aku yang terus berjalan dalam siklus sedemikian. semuanya lewat selagi aku mengalami atau mendengar. seperti relativitas waktu yang berbeda antara hidup dan aku. aku memperhatikan berlangsungnya berjam jam sementara hidup itu sendiri hanya sepersekian detik saja sebelum menguap. hidupku yang seperti fantom dan aku tak yakin aku pernah menemui hidup ketika dalam simak ku atasnya dengan penuh ingin tahu, hidup itu telah lenyap berjam-jam sebelumnya. Berjam-jam dari jam dinding siapa? ruang dada yang mana? Karena milyaran jam dinding atau arloji pun berselisih dalam detik dan menit. seperti koor kanon berlapis harmoni. Siapakah yang diam dan siapakah yang melesat dalam kereta relativitas kesadaran itu.
Kesadaran itu menyengat dan mengusik seperti serangga, sementara hidup hanya rontokan sayapnya yang ku punguti dengan padat hasrat memahami selagi penerbangan yang sesungguhnya beranjak pergi dan menyengat-nyegat. Berdiri sesaat kemudian tertidur mati dan kembali berdiri lagi dalam sesaat.

Berjam-jam dari jam siapa?
Aku serangga yang menyengat sehari kemudian esoknya mati, terperangkap jejaring arus bernama hidup atau semesta yang leburkan semua sayapku rontok hancur dan bergugur. sementara aku terhukum untuk terus terbang dan menyengat-nyegat mencari terjaga dari segala yang menabraki.
Aku sebongkah sadar yang bangun tersengat oleh hidup yang kukira hanyalah rontokan sayap yang akan terurai dalam beberapa minggu menjadi tanah atau abu menghambur.
hidup dari aku yang mana? karena aku dan aku pun berselisih dalam balkon nyata dan teras maya di waktu-waktu terjagaku.
Aku dan aku pada hidup yang mana? siapakah aku yang diam dan aku yang di atas kereta hidup itu? atau hidup yang mana yang diam dan yang menumpang di keretaku.
aku dan aku dan hidup selalu lapar dalam niscaya ekuilibrium