barangkali ada senja di tembok kamarmu
yang enggan bergeser selaju waktu
berdesir sejuk abaikan jarum jarum memburu jam dindingmu
walau kita senantiasa kegerahan oleh iming iming hujan
dan membuat kita meninggalkan waktu waktu makan
menjelmakan kelaparan jadi hasrat hasrat sepanjang elongasi langit
yang tak pernah terintip dari jendela jendelamu
menjadi konstelasi benakku di langit langitmu

menyimpan puisi
seperti segenap dirimu

barangkali ada langit yang terkubur di tembok tembokmu
aku mencarinya setiap kali berpaling padanya dalam tidurku
menyusur jejak gambar yang kurangkai dari bercaknya
yang ingin kubawa pulang bersama terang di stasiun kereta
terkemas bersama angin tak bergerak di saat pengap
yang selalu membawa suara suara keluarga kucing
yang mungkin hanya bermalas dan bercinta di belakang ruang ruangmu

barangkali ada mendung di tembok kamarmu
tempat menunggu hujan dalam tangkup gerah yang setia
juga untuk menaikkan layang layang yang kucuri bayangnya
dari sandyakala yang kita tonton di sudut taman
seraya mencari kuat dari gegap rawan dalam dada
tempat berpaling ketika lelapmu tandas oleh larut