kembara nir kala


tidak lagi kita terusik
akan kelebat ngengat yang mampir mencuri dengar
sepasang alir teduh ruang malam di dada
sepasang golak debur ruang malam di dada
gemuruh jendela ketika hari melarut
gemulai ringan cangkir pagi kita

debar demi debar telah pasang
kemudian hanya ada purnama berhari hari
leleh rindukan sabit kelana beranjak pulang
menyungai perih memendar manis
memercik tanak gigil ke peluh pekat
genapkan alur etsa resonan redam dan lepas
pada rajah rajah

dengar dalam tubuhku,
barangkali juga dalam tubuhmu
ada dengkur gaung yang tertidur
tertenun benang benang kehidupan yang dulu
teredam tanpa daya di jejaring serat genggam kita
hanya menyala ruang yang terlepas dari akar akar
menyulam kita ketika satu dalamnya