Luapan senyum itu sesekali bahkan pecah di retak tawa tawa kecil yang hanya aku dan diriku yang tahu bergolaknya. Sementara mulutku enggan bercerita dalam kata selain dengan simpul simpul senyum yang kepayahan menahan dirinya.

Gila hanyalah sebuah kompensasi kosa kata.
Dan aku berteduh di rindangnya, bermain main sendiri dengan maknanya yang kuwarna warni..
Mungkin dengan spektrum rona wajahku sendiri.

Mungkin hanya karena hujan dan kecairan petang
Mungkin karena waktu hampir habis dalam hitungan

karena digelitik kejujuran dan kehujanan
karena kegilaan telah melepas kendali
telah di buatnya aku terus tertawa dari hati

Letih menopang senyum yang tak mau pergi
Residu tawa dari hati yang masih ternganga
Lapang bersayap permai di kebiruan dadaku

Residu tawa
Yang tak berani kunamai


Rumah di Akhir tahun 2002