3 retas

Memetik dawai kata yang meruah dari dinding dinding udara, menuangkannya dalam serpih serpih yang rahasia. Ditebarkannya puisi. istana kata yang besar kecilnya tak sanggup menjaraki panjangnya ladang ladang abstraksi. Dari lambang kita membangun lambang atasnya, seperti di dalam kisah adalah kisah.
Bahasa adalah pijakan imajinasi menyentuh bentuk materi dalam keabstrakan segala.
Dan untai untai itu mengalir dalam pasang pasang tak teduh, saling kawin mengawinkan kata, membangun tangga tangga, naik turun ke lantai lantai kesadaran. Menjaga keterjagaan nurani dari kelelapan.
Sesekali dengan murah hati lambang lambang itu meluap tanpa dicari, terkadang dalam langkah sehari tak diperah dari benak ia datang menggelayuti kesadaran nurani. sesekali membisik dan menuliskan dirinya sekehendak hatinya. punya kah ia hati? Mengapung aku dalam benak dan ringan jantungku telah dibawa oleh sungai kata kata yang padanya aku mencoba menuai nafas. Terapung dan tenggelam dan terapung dalam resah, ketenangan, pembrontakan dan pendamaian..
Bala tentara di sel sel kepala ku kelabu berguguran aku pun tahu akan waktu yang segera habis diresapan kapiler keabadian yang bukan milik materi ataupun tubuh tubuh ini. Dan lambang lambang ini telah sementara jadi utas utas benang meregang menyusut menopang payah hidup temporerku.